TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Padjadjaran (Unpad) menjalin kerja sama dengan Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC). Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti dan Sekretaris Jenderal INIC, Saeed Sarkar, di Ruang Executive Lounge Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung pada Rabu, 23 November 2022.
Kolaborasi ini diusulkan dengan mempertimbangkan persamaan kepentingan antara Unpad dan Universitas Teheran, universitas tempat Sarkar mengajar, adalah nanoteknologi. Secara spesifik, tentang bagaimana nanoteknologi digunakan dalam peralatan medis dan obat-obatan untuk menghasilkan proses penyembuhan yang sigap dan minim dampak samping.
Sebelum penandatanganan MoU, kedua pihak menjalankan obrolan yang juga diikuti oleh Ali Najimi (Wakil Sekretaris Jenderal Industry INIC), Mohammad Hossein Rekabi (Attaché Kedutaan Besar Republik Islam Iran), Amir Rostam Dokht (Petugas Protokol Kedutaan Besar Republik Islam Iran), Yudi Mulyana Hidayat (Dekan Fakultas Kedokteran Unpad), dan Rizky Abdullah (Direktur Riset dan Pengabdian pada Masyarakat).
Baca juga:Benarkah Sesar Cimandiri Pemicu Gempa Cianjur? Ini Kata Ahli dari Unpad
Dalam obrolan tersebut, Sarkar menyatakan bahwa kolaborasi ini sangat krusial untuk mendorong penerapan nanoteknologi di sektor medis kedua negara, serta meningkatkan efektivitas biaya-nya. “Penggunaan nano sangat efektif dan minim dampak samping,” kata Sarkar dilansir dari laman formal Unpad pada Kamis, 24 November 2022.
Bisa Diagnosis Sel Kanker dalam 10 Detik
Ia menjelaskan lebih jauh tentang bagaimana nano sense technology dapat mendiagnosis sel kanker dalam 10 detik, serta mendeteksi keseluruhan bagian tumor secara akurat. Sebelumnya, kanker dapat kembali tumbuh karena proses pengangkatan tumor tetap meninggalkan sedikit residu yang akan berkembang menjadi tumor baru dalam 1-2 tahun.
Dengan nanoteknologi, persentase kanker tumbuh kembali dapat diperkecil. Selain itu, ada pula obat-obatan nano-based yang dapat digunakan untuk menangani kanker dengan lebih aman. Hal tersebut dikarenakan obat-obatan ini langsung menuju tumor kanker tanpa merusak organ-organ tubuh lain selama prosesnya.
Namun, obat nano-based sangat mahal. Harganya dapat mencapai 800 dolar per injeksi karena teknologi yang digunakan untuk membuatnya tetap sangat baru. Hal ini dapat diatasi kalau riset dan penerapan nanoteknologi lebih digencarkan lagi. Hal inilah yang menjadi tujuan kolaborasi ini.
“Jika kita benar-benar mau membantu masyarakat, kita harus konsentrasi ke riset dan perkembangannya,” kata Sarkar.
Rektor Unpad menyetujui usulan untuk mengadakan seminar gabungan dan lokakarya mengenai topik-topik seputar nanoteknologi, seperti nanofarmasi. Para profesor dan kandidat doktor dari Unpad, Universitas Teheran, dan berbagai universitas lain dapat diundang untuk menjadi pembicara maupun peserta.
Kolaborasi ini dapat menjadi permulaan dari partisipasi Unpad dalam pendidikan mengenai nanoteknologi. “Di Unpad, tetap belum ada program pembelajaran yang spesifik mengenai nanoteknologi, tetapi kami sudah mempunyai pusat risetnya,” kata Rektor Unpad Rina.
Sarkar menambahkan bahwa penyelenggaraan summer school untuk para mahasiswa sarjana juga dapat dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan familiaritas mereka terhadap konsep nanoteknologi dan penggunaannya di bidang medis. Pertukaran pelajar antara Unpad dan Universitas Teheran juga sedang melalui tahap diskusi, mengingat besarnya keterlibatan UT dalam nanoteknologi, bagus di bidang riset maupun pendidikan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan warta pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.