TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 153 orang pascapertandingan sepakbola Arema FC-Persebaya pada Sabtu malam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menjadi sorotan sejumlah media di China pada Ahad 2 Oktober 2022.
CGTN, media penyiaran televisi China berjaringan internasional, menurunkan laporan soal kerusuhan itu. Hingga Ahad siang, Komnas HAM melaporkan sebanyak 153 orang dilaporkan meninggal bumi dalam tragedi berdarah usai laga tersebut.
"Tragedi itu terjadi setelah pertandingan sepak bola antara Arema Malang melawan Persebaya Surabaya," kata pembaca warta The World Today, program yang disiarkan CGTN dalam versi bahasa Inggris setiap pagi.
CCTV 13, saluran warta terpopuler di China, juga menurunkan laporan utamanya tentang tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam. "Polisi setempat sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut," kata pembaca warta CCTV 13 dalam versi Mandarin.
Platform pesan video singkat yang terkenal di China, Kuai Shou, memperlihatkan video-video tentang peristiwa maut di kandang klub sepak bola berjuluk "Singo Edan" itu. Video-video tersebut diunggah oleh beberapa media lokal berbahasa Mandarin, seperti Tianmu Xinwen, Hongxing Xinwen, Xibeiwang Kantai, dan Shichuan Guangcha.
"Yinni tiyuchang baoli shijian", tulis Tianmu Xinwun, pada video warta yang diunggah oleh beberapa pengguna akun Kuai Shou. Judul video tersebut dalam bahasa Indonesia berarti "Tragedi Kerusuhan di Stadion Indonesia".
Tianmu Xinwun, selain itu, memberikan subjudul "127 suporter dan dua polisi tewas" dan "mayoritas korban akibat gas air mata". Media tersebut juga mengutip pernyataan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Nico Afinta.
Hanya dalam hitungan beberapa jam sejak diunggah di Kuai Shou, video-video tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan langsung viral di China, negara yang mempunyai jumlah warganet terbesar di dunia.
Kericuhan pada Sabtu malam terjadi usai tuan rumah Arema FC menjamu tamunya, Persebaya. Sebagian dari massa suporter, yang berjuluk Aremania, merangsek masuk ke area lapangan setelah tim pujaannya kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.
Para pemeran Persebaya langsung meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan dengan menggunakan empat mobil Polri dan barracuda. Kerusuhan tersebut makin parah, sejumlah flare (suar) serta berbagai barang lainnya dilemparkan oleh para oknum suporter ke arah lapangan.
Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berjuang menghalau massa tersebut. Namun, penggunaan gas air mata menyebabkan penonton panik dan sesak nafas. Mereka yang berjuang keluar dari stadion Kanjuruhan untuk menghindari gas air mata pun tewas dan terluka akibat terinjak-injak.
Baca juga: Media Internasional Soroti Tragedi Kanjuruhan yang Tewaskan 129 Orang
ANTARA