TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak masyarakat yang terkena penyakit diabetes. Tidak hanya jumlahnya yang bertambah, namun rentang usia penderita glukosuria pun semakin muda. Salah satu golongan masyarakat yang rentan terkena penyakit kencing manis itu ialah mereka yang punya keturunan diabetes dalam keluarga. Ada beberapa langkah yang perlu mereka lakukan agar kesehatan tubuhnya dapat tetap optimal.
Divisi Endokrin, Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam RSCM-FKUI, Em Yunir membagikan 5 saran agar masyarakat yang punya keturunan glukosuria dalam keluarga dapat tetap sehat.
1. Atur Faktor RisikoEm Yunir mengatakan orang yang punya keturunan glukosuria dalam keluarga perlu mengatur unsur risiko penyakit dengan menjalankan gaya hidup sehat, pola makan terjaga dan aktivitas fisik. Dengan gaya hidup sehat dan olahraga teratur diharapkan kesehatan dapat tetap optimal. "Dengan demikian, meski kelak seorang perseorangan yang punya banyak unsur risiko akan menyandang diabetes, penyakit itu baru muncul setelah melewati usia produktif atau ketika sudah lanjut usia," katanya dalam webinar berjudul "media briefing Tropicana Slim #Hands4Diabetes 2022" pada 10 November 2022.
Em Yunir pun sangat menganjurkan agar masyarakat menghindari rokok dan alkohol, giat beraktivitas fisik, dan membatasi asupan gula. Ia mengatakan tren penderita glukosuria semakin lama semakin muda. "30 tahun lampau di poliklinik yang datang kebanyakan kakek dan nenek, sekarang yang datang usia 20-an dan 30-an, di bawah 40 tahun sudah sering dijumpai," ujar dia. Menyadari faktor-faktor risiko sejak awal dapat membantu seseorang mencegah munculnya glukosuria karena secara sadar akan menerapkan gaya hidup sehat,
3. Periksa Kesehatan RutinEm Yunir pun mengajak masayarakat untuk tak takut memeriksakan kesehatan diri secara rutin. Dengan rutinitas itu, orang yang ounya keturunan glukosuria dapat lebih waspada atas kondisinya. "Semakin bagus mengendalikan gula darah, makin bagus kualitas hidup dan makin rendah risiko komplikasi," katanya.
4. Seimbangkan Jumlah KaloriEm Yunir juga meminta agar masyarakat yang punya keturunan glukosuria untuk menyeimbangkan asupan kalori dan pembakarannya. Boleh-boleh saja mengkonsumsi macam - macam makanan, namun ia meminta masyarakat untuk lebih waspada soal kandungan asupan itu. "Kalau suka kuliner, hitunglah sehari masuk berapa kalori," katanya.
Baca: Bukan Keturunan, Ini Faktor Utama Penyebab Diabetes pada Anak
5. OlahragaOlahraga ialah salah satu langkah untuk menyeimbangkan jumlah kalori dalam tubuh. Em Yunir menyarankan agar masyarakat yang punya keturunan glukosuria untuk mengimbangi jumlah kalori yang masuk dengan berolahraga. Ada banyak pilihan olahraga yang dapat dilakukan, dari mulai naik sepeda, joging, dan lari. Semua olahraga itu tentu bermanfaat untuk membakar kalori yang masuk melalui makanan.
6. Batasi Asupan Gula Garam LemakSalah satu yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan jumlah kalori ialah dengan membatasi asupan gula, garam dan lemak harian sebagai bagian dari pola makan sehat. "Selain dibatasi jumlahnya, memilih sumber makanan dengan kandungan lemak bagus juga krusial dilakukan misalnya buah alpukat, kacang-kacangan, ikan salmon atau tuna, dan gunakan minyak kanola atau minyak oliva sebagai pilihan untuk menumis," katanya.
Em Yunir mengingatkan bahwa pada orang sehat, konsumsi makanan yang meningkatkan gula darah akan dibarengi dengan produksi insulin dalam tubuh yang sesuai dengan kebutuhan. Jika gula terlalu tinggi, pankreas yang memproduksi insulin akan bekerja terlalu keras. Ketika jumlah insulin tak dapat mengimbangi makanan yang masuk, glukosuria pun terjadi.
Gula dan lemak erat kaitannya dengan kalori yang masuk melalui pola makan. Lemak tergolong mempunyai kalori yang tinggi, terhitung dua kali lebih banyak dibandingkan protein dan karbohidrat sehingga konsumsi lemak yang tak dibatasi dengan bagus sangat rentan menyebabkan asupan kalori berlebih dan penambahan berat badan. Penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh dapat berefek negatif terhadap kesehatan, salah satunya terkait dengan penurunan sensitivitas hormon insulin yang menyebabkan terganggunya pengaturan kadar gula darah.
Baca: Dokter: Diabetes Tak Selalu karena Faktor Keturunan