Di Gunung Muria, Habitat Macan Tutul Berubah Jadi Kebun dan Ladang

Sedang Trending 8 bulan yang lalu 161
Selasa, 27 September 2022 00:17 WIB
Seekor macan tutul yang diperangkap penduduk di kawasan kaki Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis 25 Juni 2020. (ANTARA/Adeng Bustomi)

TEMPO.CO, Semarang - Peneliti Ahli Utama Konservasi Keanekaragaman Hayati di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Gunawan, mengusulkan status Gunung Muria diubah menjadi hutan konservasi. Tujuannya, menjaga ekosistem macan tutul, jenis kucing besar yang tetap tersisa di Pulau Jawa setelah punahnya harimau jawa.

Menurut Hendra, kawasan Gunung Muria dapat dijadikan kawasan konservasi berbentuk taman hutan raya atau Tahura. "Dengan status sebagai hutan konservasi akan lebih menjamin kelestarian hutan dan keanekaragaman hayati di Gunung Muria, termasuk macan tutul," ujar dia di Semarang pada Senin, 26 September 2022.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 287 tahun 2022, daerah Muria masuk dalam Kawasan Hutan dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK). "Enam skema pengelolaan KHDPK dapat di Tahura. Artinya penetapan Gunung Muria sebagai Tahura tak bertentangan," tuturnya.

Dia mengatakan, alih status Gunung Muria menjadi hutan konservasi bertujuan mencegah kerusakan akibat perambahan. Kemudian, menyelamatkan keanekaragaman hayati endemik termasuk macan tutul. Serta Gunung Muria dapat dimanfaatkan optimal untuk konservasi.

Dalam catatannya, Gunung Muria ialah salah satu konsentrasi populasi terbesar macan tutul di Jawa Tengah selain Gunung Lawu dan Slamet. Hasil monitoring Djarum Foundation bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan Gunung Muria, mengidentifikasi 13 macan tutul hidup di sana pada 2018.

Namun, dia menyayangkan fakta menggembirakan itu tak berbanding dengan lahan di Gunung Muria yang tetap dapat didiami macan tutul. "Semakin bertambahnya habitat satwa langka ini yang lenyap karena diokupansi untuk kebun atau ladang," kata Hendra.

Kerusakan hutan Muria itu ditandai seringnya macan tutul ke luar dari hutan dan memangsa ternak milik warga. Indikasi lain ialah banjir yang semakin sering terjadi di aliran sungai di lereng Muria. "Jika lanjut dibiarkan dikhawatirkan macan tutul jawa di sana secara perlahan akan mengalami kepunahan lokal," katanya.

Faktor penyebab kepunahan macan tutul itu antara lain berkurangnya sumber makanan dan menyempitnya ruang jelajah. "Kemudian berkonflik dengan masyarakat," ujar Hendra.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan warta pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.






1 jam lalu

BRIN Beberkan Riset EV, dari Perahu Listrik tiba Baterai Nirkabel

Kendaraan listrik (EV) tak hanya mobil. Beragam kendaraan lainnya dapat dikonversi menjadi moda elektrifikasi.


3 hari lalu

Kegiatan Terakhir Bulan Astronomi Planetarium Jakarta Tempati Gedung Pasca-revitalisasi

Planetarium Jakarta akan menggelar kegiatan terakhir dari rangkaian Bulan Astronomi dan Sains pada Sabtu, 24 September 2022. Kuota peserta ludes cepat


4 hari lalu

ITS Gandeng Unhas, BRIN, Petrokimia Kembangkan Sorgum Unggul

Sorgum unggul ini dibangun dari persilangan dan genome editing menggunakan pendekatan bioinformatika untuk mendapatkan varietas unggul.


4 hari lalu

Soal Nomor Urut Parpol di Pemilu 2024, Peneliti BRIN: Perlu Ditata Ulang

Peniliti pakar utama BRIN Siti Zuhro wajar adanya undian ulang untuk menata kembali urutan partai politik pada Pemilu 2024.


6 hari lalu

Suara Keras Azyumardi Azra Soal TWK Pegawai KPK hingga Megawati di BRIN

Pemikiran Prof Azyumardi Azra terhadap banyak persoalan di Tanah Air, kerap membuatnya harus bersuara lantang. Misalkan soal TWK dan BRIN.


10 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Calon Pj Gubernur DKI Bahtiar Fasih Mengurus Daerah dan Punya Networking Luas

Sosok Pj Gubernur DKI seperti Bahtiar disebut diperlukan untuk memimpin Jakarta yang akan meninggalkan status sebagai Ibu Kota Negara.


11 hari lalu

Peneliti Jelaskan Sebab Hujan Sporadis dan Hujan Sore tiba Malam Belakangan Ini

Cuaca ekstrem berupa hujan deras singkat dan angin kencang di sebagian Kalimantan, Sumatera, dan Jawa bagian barat akan terjadi 1-2 pekan lagi.


13 hari lalu

Nekropsi Pastikan Macan Tutul Mati di Sumedang Karena Dikepruk Kepalanya

Lokasi konflik dengan orang itu berjarak sekeliling dua kilometer dari kawasan konservasi yang menjadi habitat alami si macan tutul.


14 hari lalu

Konflik dengan Warga, Seekor Macan Tutul Mati di Sumedang

Seekor macan tutul meninggal setelah berkonflik dengan penduduk di Sumedang, Jawa Barat. Pemeriksaan penyebab kematiannya dilakukan hari ini di Bandung Zoological Garden.


16 hari lalu

Ditemukan, Praktik Medis Amputasi Manusia Zaman Batu di Kalimantan

Pemilik rangka diperhitungkan memperkuat hidup 6-9 tahun setelah amputasi.


Selengkapnya