Benarkah Paracetamol jadi Penyebab Gagal Ginjal Akut? Simak Pendapat Ahli

Sedang Trending 7 bulan yang lalu 110

CANTIKA.COM, Jakarta - Belakangan di media banyak beredar warta tentang kematian bayi-anak di Gambia Afrika yang diduga akibat mengonsumsi sirup parasetamol. Anak-anak tersebut meninggal dengan gejala gangguanginjal akut. Apakah paracetamol memang dapat menyebabkan gagal ginjal akut?

Menurut Dosen Fakultas Farmasi UGM Zullies Ikawati di laman Facebooknya menerangkan kalau paracetamol atau nama lainnya asetaminofen ialah obat yang berefek menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Obat ini termasuk kondusif untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak dan bunda hamil/menyusui, dan orang dengan gangguan lambung, sepanjang dipakai dalam dosis terapinya. 

"Dosis terapi parasetamol untuk dewasa ialah 500 mg-2 gram, dapat digunakan 3-4 kali sehari @500 mg  (jika tetap nyeri atau demam), dengan maksimal penggunaan 4 gram ( 8 x 500 mg). Dosis untuk anak menyesuaikan usia dan berat badan. Jika digunakan sesuai dosis, Insya Allah tak ada dampak samping, kecuali untuk mereka yang memang alergi atau hipersensitif terhadap parasetamol," terangnya seperti dikutip di laman Facebook, Rabu, 19 Oktober 2022. 

Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi kalau seseorang mengonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu delapan jam atau kurang. 

"Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian dapat terjadi (mencapai 3-4% kasus) kalau parasetamol digunakan tiba 15 gram. Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver/hati, bukan pada ginjal. Jarang sekali orang menggunakan dengan dosis sebesar ini," terang Ketua Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi UGM ini. 

Mengapa sirup Parasetamol diberitakan dapat menyebabkan kematian anak di Gambia? 

Perlu diketahui,untuk membikin suatu formula obat, tak hanya unsur aktifnya saja yang terkandung, tetapi juga ada senyawa tambahan lain. Parasetamol tak larut dalam air (dan sirup menggunakan pemandu air), sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol, yang dapat mengandung  etilen glikol/dietilen glikol untuk menambah kelarutan. 

Kadar senyawa tambahan pada satu produk dengan produk lain dapat bervariasi antar pabrikan. Mungkin saja, menurut Zullies, sirup parasetamol yang beredar di Gambia mengandung kadar senyawa tambahan lain yang cukup besar yang dapat berbahaya. Informasi dari BPOM menyebutkan bahwa sirup parasetamol produk tersebut tak beredar di Indonesia. 

"Jadi, dugaan saya bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian. Berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat di Gambia tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu dapat menyebabkan gagal ginjal akut. WHO juga menyatakan zat-zat itu beracun bagi orang dan dapat berakibat fatal," lanjut alumnus Ehime University School of Medicine, Japan ini

Efek racunnya dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian. Namun demikian sekali lagi, dampak berbahaya itu dapat terjadi kalau kadarnya berlebihan. Dan di Indonesia, keberadaan dietilen glikol maupun etilen glikol sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tak ada masalah keamanan. 

Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini belum dapat dihubungkan dengan penggunaan obat, dan tetap perlu penyelidikan lebih lanjut. Badan POM dapat bertindak proaktif utk melakukan sampling terhadap obat-obat yang beredar di Indonesia terkait dengan kemungkinan mengandung senyawa tersebut.

Bagaimana penggunaan parasetamol di Indonesia?

Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia tetap aman, apalagi kalau berasal dari industri farmasi besar yang quality controlnya sangat ketat. Jadi masyarakat tak perlu kuatir dengan penggunaan parasetamol selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 

"Apalagi umumnya pemakaian parasetamol hanya bila perlu saja dalam jangka relatif pendek. Jika ada gejala-gejala yang tak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindaklanjut yang sesuai," saran Zullies. 

Baca: Paracetamol Diduga jadi Penyebab Gagal Ginjal Akut, Ini Respons IDAI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Selengkapnya